BuolPedia - Syarif Mansyur dan Gerakan Perlawanan Rakyat Buol Melawan Penindasan Kolonial Belanda di Manado
Perlawanan ini bukan sekadar pemberontakan, tetapi sebuah aksi heroik yang menunjukkan keberanian rakyat Buol dalam melawan penindasan kolonial Belanda.
Ilustrasi perlawanan rakyat Buol melawanan penjajahan Belanda Gambar dihasilkan dengan teknologi AI |
Dipimpin oleh seorang mubaligh karismatik bernama Syarif Mansyur, peristiwa ini menjadi salah satu bukti kegigihan rakyat Indonesia dalam memperjuangkan kedaulatan.
Latar Belakang Gerakan Perlawanan Rakyat Buol
Pada masa kolonial, rakyat Buol yang berada di wilayah utara Sulawesi kerap mengalami ketidakadilan dan tekanan dari pemerintahan kolonial Belanda.Sistem pajak yang memberatkan, penguasaan lahan, serta eksploitasi sumber daya membuat masyarakat Buol hidup dalam penderitaan. Ketidakpuasan inilah yang memicu lahirnya gerakan perlawanan.
Syarif Mansyur, seorang mubaligh keturunan Arab-Buol, muncul sebagai pemimpin. Dengan karisma dan jiwa kepemimpinannya, ia berhasil mengorganisir 48 orang pejuang dari berbagai wilayah di Buol. Mereka berkumpul di Kampong Paleleh, tempat di mana strategi perlawanan dirancang.
Syarif Mansyur, seorang mubaligh keturunan Arab-Buol, muncul sebagai pemimpin. Dengan karisma dan jiwa kepemimpinannya, ia berhasil mengorganisir 48 orang pejuang dari berbagai wilayah di Buol. Mereka berkumpul di Kampong Paleleh, tempat di mana strategi perlawanan dirancang.
Serangan ke Manado
Pada pagi hari, 26 Agustus 1875, tiga kapal yang membawa pasukan Syarif Mansyur tiba di pelabuhan Manado. Pasukan ini berpakaian serba putih dengan ikat kepala putih dan bersenjata tombak, tameng, serta klewang, senjata tradisional khas Buol.Sebelum turun dari kapal, mereka terlebih dahulu berdoa, memohon perlindungan kepada Yang Maha Kuasa.
Setibanya di darat, pasukan langsung bergerak menuju benteng Nieuw Amsterdam Belanda. Kota Manado yang semula tenang mendadak berubah menjadi medan pertempuran.
Setibanya di darat, pasukan langsung bergerak menuju benteng Nieuw Amsterdam Belanda. Kota Manado yang semula tenang mendadak berubah menjadi medan pertempuran.
Pasukan Syarif Mansyur menyerang kantor dan rumah-rumah Belanda, menghancurkan simbol-simbol kekuasaan kolonial.
Keberanian di Tengah Perlawanan
Belanda, yang merasa terdesak, mencoba bernegosiasi untuk meredam perlawanan ini. Namun, Syarif Mansyur dengan tegas menolak tawaran tersebut. Bagi mereka, menyerah bukanlah pilihan.Perlawanan kemudian berlanjut ke kediaman Residen Belanda, Mr. Samuel Corneille Jean Wilhelm van Musschenbroek. Target mereka sebenarnya adalah Residen sebelumnya, Mr. Petrus van der Crab.
Namun, saat tiba di lokasi, seorang penduduk pribumi yang bekerja di rumah tersebut meyakinkan pasukan bahwa di dalam hanya ada istri Residen dan anak-anaknya.
Demi menjaga nilai-nilai kemanusiaan, pasukan Syarif Mansyur memutuskan untuk tidak melanjutkan serangan ke rumah itu.
Akhir Perlawanan
Detasemen militer Belanda yang dikirim dari benteng mencapai kediaman Residen. Mereka berkekuatan 14 prajurit, dipimpin Sersan Weintré. Pasukan Belanda yang lebih unggul persenjataan akhirnya berhasil memukul mundur pasukan Syarif Mansyur.Dari 48 pejuang, sebanyak 28 orang gugur di medan pertempuran. Sisanya ditangkap dan dijatuhi hukuman berat, sementara beberapa lainnya berhasil melarikan diri.
Meski perlawanan ini tidak berhasil menggulingkan kekuasaan Belanda, aksi heroik Syarif Mansyur dan pasukannya menjadi simbol keberanian rakyat Buol. Mereka mengorbankan segalanya untuk melawan penindasan demi masa depan yang lebih baik.
Peninggalan Sejarah yang Harus Dikenang
Gerakan Perlawanan Rakyat Buol pada 26 Agustus 1875 bukan hanya sebuah cerita tentang pertempuran, tetapi juga bukti keberanian dan semangat perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajahan.Kisah ini mengingatkan kita bahwa perjuangan melawan ketidakadilan memerlukan pengorbanan besar. Hingga kini, peristiwa ini masih dikenang sebagai salah satu tonggak sejarah perjuangan rakyat Buol.
Pelajaran dari Gerakan Perlawanan Rakyat Buol
Gerakan ini mengajarkan kita pentingnya keberanian, solidaritas, dan pengorbanan dalam menghadapi penindasan. Meskipun kalah secara militer, semangat juang pasukan Syarif Mansyur memberikan inspirasi bagi generasi penerus untuk terus berjuang demi keadilan dan kemerdekaan.Kesimpulan
Gerakan Perlawanan Rakyat Buol di Manado pada 26 Agustus 1875 adalah bagian penting dari sejarah Indonesia. Semangat perjuangan yang ditunjukkan oleh Syarif Mansyur dan pasukannya tetap relevan hingga hari ini sebagai pengingat bahwa melawan ketidakadilan adalah kewajiban bersama.Sebagai generasi penerus, sudah seharusnya kita mengenang dan menghormati jasa para pejuang yang telah berkorban demi kemerdekaan. Dengan memahami sejarah ini, kita dapat lebih menghargai perjuangan nenek moyang kita sekaligus memperkuat rasa cinta tanah air.
Rujukan:
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Samuel_Corneille_Jean_Wilhelm_van_Musschenbroek
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Ornithological_miscellany_(1876)_(14562064857).jpg
- https://digital.staatsbibliothek-berlin.de/werkansicht?PPN=PPN752301152&PHYSID=PHYS_0555&view=fulltext-endless
- Dhawan Matoka - https://buolonline.com/sulawesi-tengah/sekilas-mengenal-aksi-syarif-mansyur-html/
- https://malesung.com/penyerangan-di-manado-upaya-pemberontakan-suku-bwol-terhadap-residen-belanda-1875/
0Komentar