TpOoGSY6TSz6GfM6TSGiGSAp

Slider

Tunduknya Kerajaan Buol: Perjalanan Sejarah di Bawah Kolonialisme Belanda

BuolPediaweb.id -  Tunduknya Kerajaan Buol: Perjalanan Sejarah di Bawah Kolonialisme Belanda

Pengantar

Kerajaan Buol merupakan salah satu kerajaan di Sulawesi Tengah yang mengalami perjalanan panjang di bawah pengaruh kolonialisme.

Di awal abad ke-17, kawasan ini telah menjadi tujuan bangsa-bangsa Eropa, seperti Spanyol dan Portugis, yang meninggalkan berbagai peninggalan berupa benteng, meriam, hingga artefak perang lainnya.

Namun, kedatangan bangsa Belanda pada tahun 1667 menjadi awal mula perubahan signifikan dalam sejarah kerajaan-kerajaan di wilayah Sulawesi Tengah, termasuk Buol.


Kedatangan Belanda dan Penandatanganan Plakat Panjang

Setelah Spanyol dan Portugis meninggalkan wilayah ini sekitar tahun 1663, Belanda mulai mengintensifkan kontak dengan kerajaan-kerajaan lokal.

Pada tahun 1850, sebuah ekspedisi Belanda yang dipimpin oleh Kapten C. Van den Hart tiba di Parigi dengan dua kapal bernama Argo dan Bromo. 

Mereka membawa “Plakat Panjang”, sebuah dokumen yang menjadi simbol penaklukan dan pengakuan kekuasaan Belanda atas kerajaan-kerajaan lokal. 

Taktik ini kemudian digunakan di berbagai wilayah Sulawesi Tengah, termasuk Kerajaan Buol.



Pengerahan Militer Kolonial Belanda

Pada awalnya, para raja yang berkuasa di wilayah-wilayah tersebut, meskipun telah menandatangani kontrak pengakuan kekuasaan, tetap mengabaikannya dan enggan mematuhinya.  

Belanda kemudian akan menggunakan cara kekerasan dengan pengerahan militernya.

Sebagai contoh pada tahun 1888, Gubernur Makassar datang dengan membawa pasukan tentara Belanda menggunakan tiga kapal perang.

Serangan yang dilakukan melalui tembakan meriam dari kapal-kapal perang di pantai Kayumalue, yang mengakibatkan banyak korban jiwa, akhirnya memaksa Raja (Magau) Tawaeli, Yangge Bodu (Toma I Tanggu), untuk menandatangani Perjanjian Panjang baru pada 26 Juni 1888.  

Sejak saat itu, para raja yang membangkang dan menolak mengakui kekuasaan Belanda atas wilayah mereka dipaksa untuk menandatangani kontrak pengakuan kekuasaan tersebut.

Sementara itu, bagi para raja yang telah patuh terhadap perjanjian sebelumnya, tidak diharuskan untuk memperbarui atau menandatangani ulang kontrak pengakuan kekuasaan tersebut.  


Plakat Panjang Pengakuan Kekuasan Belanda Oleh Raja-raja Buol

Guna menghindari korban jiwa seperti pada wilayah lain akibat tekanan militer Belanda, para Raja di Buol pun terpaksa tunduk untuk mengakui kekuasaan Belanda.

Raja Buol Patrah Turungku (1890-1901. Foto tahun 1894)
Gambar: DonaldTick, Facebook, ditingkatan dengan teknologi AI

Berikut adalah daftar lengkap penandatanganan Plakat Panjang oleh raja-raja Buol:

  • Tanggal 15 Agustus 1858: Muhammad Nur Aladin, Raja Buol, menandatangani Plakat Panjang nomor 528.
  • Tanggal 31 Agustus 1864: Sirajuddin, Raja Buol, menandatangani Plakat Panjang.
  • Tanggal 13 Desember 1890: Patrah Turungku, Raja Buol, menandatangani Plakat Panjang dan akte pengakuan pada kekuasaan Belanda.
  • Tanggal 27 Agustus 1895: Patrah Turungku, Raja Buol, menandatangani Plakat Panjang.



Plakat Panjang 528: Awal Jatuhnya Kedaulatan Kerajaan Buol

Pada  pertengahan  abad  ke-19 ,  pemerintah  Belanda  menjalin  kerja  sama  politik  dengan  Kerajaan  Buol  dengan  merumuskan  suatu  kontrak  (perjanjian)  yang  ditulis  tangan  dalam  bentuk  manuskrip.

Salah  satu  manuskrip  tersebut  adalah  “Contract  Gesloten  tusschen  Resident  van  Manado,  Albert  Jacques  Frederik  Jansen  en  Radja  van  Bwool,  Paduka  Muhammad  Noer  Aladin  betreftende  Politiek,  15  August  1858  (8  January  1859)”  atau;

 (“Kontrak  Tertutup  antara  Residen  Manado,  Albert  Jacques  Frederik  Jansen,  dan  Raja  Buol,  Yang  Mulia  Muhammad  Noer  Aladin  mengenai  Politik,  15  Agustus  1858  [8  Januari  1859]”).

Selanjutnya  disebut  sebagai  “Surat  Kontrak  Kerajaan  Buol  528”.

Surat  Kontrak  528  Kerajaan  Buol”  terdiri  dari  21  pasal  yang  berisi  ketentuan-ketentuan  di  bidang  politik,  hukum,  dan  ekonomi  yang  berlaku  di  Kerajaan  Buol.  

Pada  prinsipnya,  surat  kontrak  tersebut  menghilangkan  kedaulatan  Kerajaan  Buol. 

Ada  aturan  yang  berlaku  dari  pihak  Belanda  bahwa  pengangkatan  raja  baru  harus  disetujui  oleh  Residen  Manado.

Isi  kontraknya  adalah  sebagai  berikut:

Aspek Seksi Pasal Isi
Politik Kewenangan 1 Pengesahan kekuasaan Belanda oleh Kerajaan Buol.
Politik Kewenangan 2 Larangan bekerja sama dengan pihak selain Belanda.
Politik Kewenangan 3 Penduduk asli dan keturunan Tionghoa harus mendapatkan izin untuk masuk Kerajaan Buol.
Politik Kewenangan 6 Kekuasaan Belanda atas pedagang dan orang asing (keturunan Tionghoa dan penduduk asli).
Politik Kewenangan 16 Perintah dari Residen Manado agar Raja Buol pergi ke Manado.
Politik Kewenangan 18 Perbaikan jalan atas perintah Residen Manado.
Politik Kewenangan 20 Hasil perkebunan Kerajaan Buol harus diserahkan kepada Belanda.
Politik Suksesi 5 Perubahan pangkat Raja Buol dan pengangkatan jogugu serta kapiten laut.
Hukum Keadilan 4 Masalah keadilan tanah di Buol.



Dampak Tunduknya Kerajaan Buol

Belanda kemudian secara bertahap menempatkan aparat pemerintahan, seperti kontrolir atau gezaghebber, di wilayah-wilayah yang telah tunduk, termasuk Buol.

Para gezaghebber ini biasanya didampingi oleh pasukan militer Belanda yang disebut Marsose untuk menjaga keamanan dan memastikan ketaatan terhadap kontrak yang telah ditandatangani.

Kehadiran mereka menjadi simbol kekuasaan Belanda yang semakin mencengkeram Sulawesi Tengah.

Tunduknya Kerajaan Buol pada kekuasaan Belanda membawa dampak yang signifikan terhadap struktur pemerintahan lokal.

Penempatan pejabat Belanda di Buol menjadi awal dari hilangnya kedaulatan penuh kerajaan.

Di sisi lain, pengaruh budaya dan administrasi kolonial mulai meresap dalam kehidupan masyarakat Buol. 

Perjanjian-perjanjian seperti Plakat Panjang bukan hanya sekadar dokumen, tetapi menjadi tonggak sejarah kolonialisme di wilayah ini.


Penutup

Sejarah ini mengingatkan kita bahwa kekuasaan kolonial di Indonesia tidak hanya dicapai melalui perang, tetapi juga melalui tekanan diplomatik dan ekonomi yang memaksa kerajaan-kerajaan lokal untuk tunduk.

Kisah Kerajaan Buol merupakan bagian penting dari sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme.


Rujukan:
  • https://repositori.kemdikbud.go.id/ 24978/1/SEJARAH%20PERLAWANAN%20TERHADAP%20IMPERIALISME%20DAN%20KOLONIALISME%20DI%20SULAWESI%20TENGAH.pdf
  • https://www.atlantis-press.com/proceedings/basa-18/25906119

1Komentar

  1. Sebuah sejarah menarik
    semenjak Belanda berkuasa, kerajan-kerajaan mulai sedikit hilang pengaruhnya, entah itu secar politik atau kedaulatannya

    BalasHapus

Artikel Meta Info

Sedang memuat...

Sedang memuat...

© Copyright - Ensiklopedia Buol Lipunoto
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.