Tugu ID Awuy yang dikenal juga sebagai Tugu Leok Gambar: https://www.instagram.com/infobuol/ |
Tugu ID Awuy: Warisan Sejarah Perjuangan di Kabupaten Buol
Tugu ID Awuy, yang juga dikenal sebagai Tugu Leok, merupakan monumen bersejarah yang terletak di pertigaan Jalan Ahmad Yani dan Jalan Usman Ladjong, Kelurahan Leok 1, Kecamatan Biau, Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah.
Tugu ini dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Buol dan Tolitoli melawan penjajahan Belanda, yang dipimpin oleh I.D. Awuy—seorang tokoh utama dalam Gerakan Merah Putih dari Gorontalo.
Latar Belakang Gerakan Merah Putih
Gerakan Merah Putih adalah sebuah perlawanan yang bertujuan untuk merebut kekuasaan pemerintah Belanda di wilayah Buol dan Toli-Toli, dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pergerakan ini dimulai atas inisiatif Nani Wartabone, seorang tokoh perjuangan dari Gorontalo, yang mengutus I.D. Awuy ke Buol dan Toli-Toli untuk memimpin gerakan tersebut.
Pada 23 Januari 1942, sebuah rapat rahasia digelar di rumah Klerek E. Kansil di Toli-Toli. Rapat ini dihadiri oleh beberapa tokoh penting, seperti:
- I.D. Awuy (pimpinan gerakan, anggota polisi).
- H.L. Waani (anggota polisi).
- E. Kansil (Klerk Kontroliur).
- Makale (Werk Baas).
- A. Manuel (Boekhouder Kontroliur).
- S. Malingga (Kepala Douane Toli-Toli).
- M. Salim Haji Hallu (tokoh PSII).
Tujuan utama gerakan ini adalah menggulingkan pemerintahan Belanda di wilayah Buol dan Toli-Toli.
Pemberontakan dan Penyerangan Awal
Pada 25 Januari 1942, I.D. Awuy bersama kelompoknya memulai pemberontakan dengan menyerang markas polisi Belanda di Toli-Toli.
Dalam serangan ini, Kepala Polisi Belanda, Inspektur Boertje, tewas ditembak. Selain itu, para pemberontak juga menangkap Kontroliur Toli-Toli (De Hoof) dan pejabat Belanda lainnya, seperti Mattata Daeng Masese, yang berhasil ditemukan di kebunnya keesokan harinya.
Setelah itu, I.D. Awuy dan H.L. Waani bergerak menuju Buol untuk melanjutkan perlawanan dengan menangkap pejabat Belanda di wilayah tersebut.
Konfrontasi di Kalangkangan
Saat perjalanan menuju Buol, pada 18 Februari 1942, I.D. Awuy dan H.L. Waani menghadapi pasukan Belanda di Pantai Kalangkangan.
Dalam pertempuran tersebut, mobil Jeep yang mereka kendarai ditembaki hingga bannya rusak. H.L. Waani menyelamatkan diri ke perbukitan di sekitar Kampung Sidoarjo, sementara I.D. Awuy terus melanjutkan perjalanan menuju Buol.
Penangkapan dan Eksekusi I.D. Awuy
Dalam pelariannya menuju Gorontalo, I.D. Awuy tertangkap oleh Belanda di Buol dan diserahkan kepada Raja Buol. Namun, nasib tragis menantinya.
Pada hari yang sama, seorang sersan Belanda bernama Wenglingba (lebih dikenal sebagai Sersan Merah) mengeksekusi I.D. Awuy dengan tembakan di belakang penjara Leok. Eksekusi ini menjadi momen heroik terakhir yang diingat oleh masyarakat Buol sebagai simbol keberanian dan pengorbanan.
Lokasi tempat eksekusi inilah yang kemudian diabadikan sebagai Tugu ID Awuy, sebuah monumen untuk mengenang keberanian sang pahlawan.
Makna dan Warisan Sejarah Tugu ID Awuy
Tugu ID Awuy tidak hanya menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan, akan tetapi monumen ini mengajarkan pentingnya keberanian, solidaritas, dan semangat juang bagi generasi muda.
Sebagai salah satu destinasi heritage di Kabupaten Buol, Tugu ID Awuy juga menjadi daya tarik wisata sejarah yang dapat mendukung pengembangan pariwisata lokal.
Selain itu, keberadaan monumen ini menjadi pengingat bahwa perjuangan meraih kemerdekaan adalah hasil pengorbanan besar para pahlawan bangsa.
Kesimpulan
Tugu ID Awuy atau Tugu Leok adalah monumen penting yang merepresentasikan perjuangan rakyat Buol dan Toli-Toli melawan penjajah.
Dengan latar sejarah yang kaya, tugu ini menjadi warisan budaya dan sejarah yang perlu dilestarikan. Mengunjungi Tugu ID Awuy tidak hanya menjadi perjalanan wisata, tetapi juga kesempatan untuk mengenang dan menghargai jasa para pahlawan.
Sumber:
- Buletin Umulolo Vol. VI no. 1 2017
- Sejarah Perlawanan Terhadap Imperalisme di Sulawesi Tengah, Depdikbud 1983
0Komentar