TpOoGSY6TSz6GfM6TSGiGSAp

Slider

Taha Tama: Buta Mata, Terang Hati — Kisah Inspiratif Pendidik Tunanetra yang Membuka Akses Pendidikan di Buol

BuolPedia.web.id - Taha Tama: Buta Mata, Terang Hati — Kisah Ketabahan Seorang Pendidik dari Buol

Sang Perintis

Di tengah derasnya arus zaman dan perubahan teknologi, nama Taha Tama barangkali asing bagi sebagian orang.

Namun di Buol, Sulawesi Tengah, sosok ini bukan hanya dikenang sebagai pendidik, melainkan sebagai sumber inspirasi ketabahan yang tidak pernah padam. 


Bapak Taha Tama - arsip keluarga @Syafei Tama
Lahir pada hari Rabu, 19 September 1929, Taha Tama telah melalui tiga era kehidupan: masa penjajahan, masa kemerdekaan, hingga era milenial yang serba digital.

Kini di usia 96 tahun, meski tak lagi melihat dunia dengan mata fisiknya, beliau justru menyinari sekelilingnya dengan cahaya hati yang luar biasa.

Taha Tama mengalami kebutaan total pada tahun 1980, tepat saat berada di puncak pengabdiannya sebagai seorang pendidik.

Di usia 51 tahun, sebuah diagnosis dari dokter mata di Jakarta menyatakan bahwa beliau akan buta seumur hidup. Bagi banyak orang, kabar ini bisa saja menjadi titik hancur.

Namun, tidak bagi beliau. Alih-alih larut dalam duka, Taha Tama memilih jalan tunduk dan berserah kepada takdir Tuhan. Ia justru menjadi lebih taat beribadah, lebih khusyuk dalam mendekat kepada Sang Pencipta.

Selama lebih dari 45 tahun hidup dalam kondisi buta, Taha Tama tetap menjalani hari-harinya dengan keteguhan iman dan semangat yang tidak luntur.

Bukan hanya ketabahan yang patut diteladani, tetapi juga semangatnya dalam memperjuangkan pendidikan di pelosok Sulawesi Tengah.

Dari Paleleh ke Manado: Jejak Langkah yang Penuh Perjuangan

Pendidikan dasar hanya bisa diraih Taha Tama sampai kelas 4 SD di Paleleh, daerah terpencil di Kabupaten Buol.

Untuk melanjutkan pendidikan, beliau harus menempuh perjalanan penuh perjuangan hingga ke Tolitoli dengan berjalan kaki.

Jarak sejauh 270 km ini dilaluinya hanya dengan berbekal pisang rebus dan mengandalkan kebaikan hati orang-orang di sepanjang jalan.

Perang Dunia Kedua sempat membuat pendidikannya terhenti. Namun semangatnya tidak pernah padam.

Dua tahun kemudian, beliau melanjutkan sekolah di Palu, lalu hijrah ke Manado untuk menyelesaikan SMP—semuanya dilakukan tanpa bantuan orang tua, sebab ayahnya wafat saat beliau baru berusia lima tahun.

Perjalanan menuntut ilmu Taha Tama adalah kisah tentang kekuatan tekad

Dari Manado, beliau berhasil meraih beasiswa untuk melanjutkan pendidikan guru di Makassar, hingga lulus pada 1955 dan mulai mengabdi sebagai guru di Majene, Sulawesi Barat.


Membangun Pendidikan Buol dari Nol

Sekembalinya ke kampung halaman, Taha Tama melihat kenyataan pahit: belum ada satu pun SMP di wilayah Buol.

Maka, beliau berinisiatif menghimpun teman-teman seangkatannya yang terdidik untuk mendirikan SMP pertama di Buol.

Murid-murid generasi pertama masih diingatnya hingga kini—sosok-sosok seperti Karim Hanggi, Sukarno Tarakuku, Is Bakulu, hingga Hasan Laba adalah sebagian dari mereka.

Tak hanya berhenti di satu sekolah, beliau melanjutkan perjuangan dengan membangun SMP di lima kecamatan yang ada saat itu, termasuk kampungnya sendiri di Paleleh.

Keberhasilan ini menjadi fondasi untuk hadirnya SMA pertama di Buol, yang kini dikenal sebagai SMA Negeri 1 Buol, dan juga pendirian Sekolah Pendidikan Guru (SPG).

Dedikasinya membuatnya dipercaya bertugas di Kantor Pendidikan dan Kebudayaan (P&K), di mana beliau turut mempelopori berdirinya sekolah-sekolah menengah hingga ke Palu dan Luwuk, Kabupaten Banggai.


Ujian Penglihatan, Kemenangan Hati

Suatu pagi di tahun 1980, beliau terbangun dari tidur setelah shalat Subuh dan menyadari bahwa dunia di sekelilingnya berubah gelap. 

Matanya tidak lagi dapat melihat. Ini adalah momen paling menentukan dalam hidupnya. Namun, seperti biasanya, Taha Tama menerima takdir ini dengan keikhlasan dan kesabaran luar biasa.

Lima tahun setelahnya, ia memilih pensiun dini dan kembali ke kampung halamannya di Paleleh.

Membuat pukat meski tanpa penglihatan
Foto @Syafei Tama
Tinggal di gubuk sederhana beratap rumbia, Taha Tama tidak pernah berhenti berkarya. Ia mulai membuat pukat penangkap ikan untuk dijual kepada nelayan.

Yang luar biasa, pukat itu dibuat oleh seorang yang sudah buta total—dengan mata hatinya.

Puluhan pukat telah ia hasilkan, banyak di antaranya diberikan kepada nelayan miskin agar mereka bisa melaut dan menghidupi keluarga.

Penghasilannya tidak banyak, tetapi semangatnya terus menyala, meski cita-citanya membangun pesantren di lahan itu belum terwujud.


60 Rakaat Sehari dan Puasa 11 Hari Sebulan


Bapak Taha Tama di tahun 2015
Foto: http://tahatama.orangbuol.com/
Kisah hidup Taha Tama bukan hanya tentang pendidikan dan perjuangan, tetapi juga tentang spiritualitas yang mendalam.

Di usia senjanya, beliau masih konsisten melakukan shalat 60 rakaat sehari, bangun sekitar pukul 2 dini hari untuk shalat Tahajud, mandi malam, dan berzikir hingga waktu Subuh.

Aktivitas harian dilanjutkan dengan merajut pukat dan ibadah lainnya, termasuk puasa sunnah 11 hingga 15 hari dalam sebulan—kebiasaan yang telah ia jaga sejak usia 25 tahun.

Ketika banyak orang menganggap tua berarti tak lagi produktif, Taha Tama membuktikan sebaliknya. Ia adalah teladan bahwa hidup bisa tetap bermakna, bahkan saat tubuh tidak lagi sempurna.


Inspirasi Tanpa Batas

Kisah Taha Tama adalah pengingat bahwa ujian bukanlah akhir dari segalanya. Ia menunjukkan bahwa IKHLAS dan SABAR karena Allah adalah kunci menjalani hidup dengan hati lapang.

Dalam gelapnya dunia fisik, beliau justru menemukan terang batin yang menyinari banyak orang.

Semoga kisah beliau memberi inspirasi bagi siapa saja yang tengah diuji, yang merasa berada di titik terendah hidupnya.

Sebab seperti Taha Tama, selalu ada cara untuk bangkit, untuk tetap memberi, dan untuk terus mencintai kehidupan—meski dengan mata tertutup, asalkan hati tetap terbuka.


Sumber: Diolah dari Bapak Syafei Tama

0Komentar

Artikel Meta Info

Sedang memuat...

Sedang memuat...

© Copyright - Ensiklopedia Buol Rlipunoto
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.